Yang teman lalu kemudian sekarang

Ariekusuma
2 min readAug 18, 2021

--

Percaya karma? ngga pernah ngira bakal liat sendiri, awalnya juga ngga mau percaya tahayul bodoh kaya gitu, sampe ngerasa bodoh ketika liat sendiri praktek hukum karma berlangsung didepan mata, mata banyak orang yang juga tidak mau percaya pada hal tersebut sebelumnya. buatku aneh, tapi dia terlihat sudah sangat terbiasa dengan keadaan ini, mungkin dia sudah sering dalam kondisi ini dan hampir seluruh dari kami sepakat kalau ini bukan kali pertama baginya kena karma.

Mukanya tabah sekaan menerima keadaan yang mungkin bagi semua makhluk hidup adalah absolut bunuh diri ketika dihadapkan dengan karma semacam itu. Mukanya tabah seakan dia dilahirkan untuk memakan kemaluanya sendiri didepan guru — guru dan orang tuanya. Mukanya tabah seakan dia tau kalau hal semacam ini bakal terlampau sering menimpa dirinya. Mukanya tabah, bahkan untuk menyadari betapa jijik orang — orang disekitarnya melihatnya memakan kemaluanya sendiri dengan halap tanpa side-dish lain selain pecahan kaca yang dicabuti dari mukanya sendiri.

Kehilangan teman berarti menambah teman. Umpama orang pertama harus kehilangan satu — satunya teman, maka orang — orang disekitar orang pertama dan kedua harus menerima keadaan kalau orang — orang dekat dari masing — masing orang terdekat tersebut harus memulai kembali bisnis pertemanan, membangunya dengan alkohol sebagai media menyearah obrolan, sebagai pemersatu obrolan, sebagai ajang saling adu ketahanan, teman siapa yang lebih kuat, siapa yang lebih pantas dipanggil teman, walau faktanya mereka semua berkumpul ketika pihak terkait sudah mengonfirmasi kepergianya, tipikal anjing, anjing yang terburuk dari tipikal anjing — anjing yang mungkin kalian pernah temui.

Mereka bakal berdongeng tentang kedekatan diri mereka dengan dirinya yang mungkin sekarang sudah tidak memperdulikan apapun lagi, berusaha menjadi teman baik ketika dia sudah dengan yang lain. Saat demi saat berlalu tanpa ada hal berarti dari dongeng mereka tentangnya. Berasa duduk di tengah pengajian desa dengan sound yang terlampau jelek ditambah jamaah berisik yang mengobrolkan tetangga sukses yang selalu berhasil membuat mereka mengira kalau dia ikut sekte pesugihan. Mereka membencinya dengan keji tapi dari lubuk hati yang paling dalam, mereka ingin ikut bergabung kalau memang hal itu benar adanya.

Kepedulian mereka sia — sia ketika orang yang mereka pedulikan sudah tidak bisa merasakan kepedulian tulus yang biasa orang — orang berikan dengan senyum dan tangan yang hangat. Senyum mereka sudah tidak berarti karena pada faktanya tidak akan memperbaiki keadaan sebuah senyum tulus ketika dibandingkan dengan kelakukan dirinya ketika masa — masa semua masih bisa diperbaiki, mungkin dia hanya ingin kalian tidak masuk kedalam lubang yang sama dengan dirinya, dia ingin kalian masuk ke lubang yang lebih buruk.

--

--