Kemarin ngga ada yang bisa diharapkan.

Ariekusuma
3 min readJul 25, 2021

--

Kebayang ngga sih, kemarin baru aja kehilangan seseorang, sekarang harus kehilangan seseorang lagi. Apakah mereka sebegitu penting? engga juga, tapi yang pasti mereka punya andil buat orang lain dan beberapa dari (sebagian kecil) orang lain itu penting buatku. Buatku kondisi sekarang ini engga jauh beda kaya masuk ke medan perang, pasti bakal ada korban, mau engga mau, siap engga siap pasti akan ada. Bedanya, ibarat perang kondisi sekarang udah seburuk panglimanya udah mati diracun, mirip kaya munir, sedunia sedih semua. Apakah berpengaruh banyak buatku, engga juga, tapi yang pasti bakal berpengaruh banyak buat banyak orang, dan dari banyak orang itu sebagian kecilnya berpengaruh buatku.

Siapa sih mereka? Jujur aku ngga punya sama sekali motivasi buat mentingin mereka dari sudut pandangku sendiri, tapi orang — orang di sekitar mereka yang bikin aku harus berbaur mengalir dan beberapa mengalir tidak buruk. Tercebur bareng mereka dan orang — orang di sekelilingnya emang memperburuk kehidupanku belakangan, tapi buat apa mempermasalahkan hal itu, lebih baik fokus buat ngebenerin semuanya, mulai dari NOL kalo bisa walau ngga mungkin, tambal sulam mungkin walau terdengar menyedihkan.

Instrospeksi diri, jangan lingkungan, kamu ngga sepenting itu di lingkunganmu, ada orang yang lebih penting dan puji syukur mereka nyaman dengan sampah nempel di bawah hidungnya. Apapun yang ada dibawah hidungnya, apapun yang ada dibawah rambutnya, semua itu adalah buah dari apa yang ditanam. Oleh siapa? Oleh orang yang mereka anggap penting. Siapa? Siapapun dia yang dianggap penting olehnya, tidak ada gunanya untuk dipedulikan, percuma memancing di kolam kosong.

Sebenernya tinggal nunggu waktu sampe semuanya berbalik, menjalar dari akar sampe ke ujung atas diluar jangkauan mata, semua akan kena batunya ketika udah ngga ada yang bisa naham imbas dari apa yang mereka lakukan. Mereka bakal ngira imbasnya ngga seberapa, imbasnya cuma sebentar, bakal ngomong ‘i can handle this’ tapi offline seminggu kemudian, semuanya jadi private, dan bodohnya ada orang yang menganggap hal itu adalah hal penting walau mereka tau kalau dia memang punya kelaian mental. Parahnya infeksi yang udah menjalar sampe di bawah hidung orang — orang disekitarnya seakan menjadikan mereka zombie dengan mata kosong penuh amarah. ‘yaudah lah, mungkin hanya kurang berkaca’ kata mereka, tapi faktanya mereka hanyalah zombie yang lebih buruk ketika dihadapkan dengan cerita yang sama.

Kadang suka kepikiran gimana orang bisa hidup dengan perasaan bersalah sepanjang hidupnya, ngga berani ngomong langsung apa adanya, beraninya nangis nyalahin keadaan, padahal emang ngga mau belajar. Sebenernya jadi anjing juga ngga masalah asal sadar diri aja, jangan baper, bawa jalan aja kalo emang belum bisa enjoy dengan kondisinya, toh juga banyak orang yang suka anjing juga kan, coba cari tongkrongan yang makan babi karena biasanya lebih open buat bergaul sama anjing.

Apa susahnya ngomong jelek tentang orang didepan orangnya langsung. Udahlah, jangan ngomonin suku, ngga ada gunanya karena sekarang kita udah makan hal sama, belajar hal yang sama. Memang kadang perasaan iri bisa jadi benci, terkesan goblok tapi sangat banyak orang pintar jatuh ke lubang ini, beberapa sadar, tapi kebanyakan jatuh lagi, kaya orang goblok padahal pintar.

Ngga masalah jadi orang jahat, asal tau diri dan bisa nerima, jangan baper terus omong kosong mau berubah, ibarat Anjing, dilatih gimanapun juga ngga bakal merubah fakta kalo dia itu anjing, cuma mungkin dia jadi ngga boker sembagangan terus dapet predikat anjing pintar. tapi kalo mau nyari tempat buat minta bantuan, carilah tempat yang mau kamu bantu ketika dia juga lagi diposisimu, posisi susah mau mati walau bohong. The point is, ‘be your self’ is good until someone calls you an asshole then you hate them, fuck you.

--

--