Dibalas hari setelah hari ini.

Ariekusuma
2 min readAug 27, 2021

--

Kala memancing menunggu sambaran ikan adalah seni katanya, kataku menunggunya adalah hal yang sama saja terasa semakin aku memikirkannya. Aku melihatnya penuh dengan kekaguman, orangnya manis walau tanpa ada senyum, ketika senyum semua aura akan terasa lebih hangat dimataku melihatnya begitu indah. Aku berharap dia punya selera musik yang sama denganku, aku berharap dia suka makanan yang sama denganku, aku berharap dia tau apa yang ada di kepalaku saat ini. Dulu terasa seperti mimpi bisa melihatnya setiap hari, tanpa ada niat untuk bertemu tapi dipertemukan, berlagak tidak peduli denganya walau bahagia rasanya.

Dia punya alasan tapi aku tidak, karena aku hanya ingin melihatnya walau dengan orang lain tidak masalah, karena inginku dia bukan mereka. Akan ada masanya akan aku ceritakan kisah ini pada mereka yang telah mengenalnya kelak, akan aku ceritakan dengan apapun yang telah aku lalui. Aku dulu disana denganya, aku dulu bisa melihatnya, tapi sekarang sulit. Sampai kapan akan seperti ini aku tidak yakin, karena entah kenapa aku lebih nyaman melihatnya senyum walau tidak denganku, tidak masalah. Siapa dia adalah bukan kamu ataupun dia tentunya, aku sedang menceritakan seseorang yang tidak mungkin ada dalam radar perkiraan kita semua.

Aku bermimi aneh semalam, aku bermimpi bersepeda dari entah dimana sampai pantai, seperti mencari sesuatu yang tidak ketahui apa itu tapi sangat aku yakin kalau aku sedang mencari sesuatu dalam perjalanan itu. Aku terbangun dengan keadaan sangat lapar, seakan aku benar — benar dalam keadaan setelah bersepeda dari entah dimana sampai pantai. Bahkan dari perasaan aneh setelah mimpi itu dan terbangun dengan keadaan aneh sangat lapar tersebut yang aku pikirkan adalah dia bukan apa yang aku butuhkan saat itu, aku butuh kamu tapi secara harfiah aku butuh makan, aku melihat ponselku setiap bangun berharap ada pesan darimu, itulah rutinitasku setiap bangun dari tidur dan dari mimpi apaun, aku selalu menunggu hal yang tidak akan pernah datang tanpa memikirkan diriku sendiri.

Aku mempercayai khayalanku sehari — hari melebihi pikiranku sendiri yang telah dididik seumur hidup, dia satu waktu pernah bicara padaku dengan nada sumbang penuh kekecewaan, dia mengatakan kalau aku akan mati dengan perasaan menyesal karena telah mengkhianati pola pikirnya sendiri dan lebih memilih untuk hidup dengan khayalanya sendiri. dia sekali waktu juga pernah memberiku kesempatan terakhir, dia menawarkan maaf untukku dan membuka kembali kesempatanku untukku memperbaiki semuanya, semua itu aku abaikan demi hal lain, dan sekarang sepertinya aku benar akan mati sesuai indikasi darinya.

Hal yang bisa dipelajari adalah bahwa semuanya akan menghilang tanpa jejak, semua akan hilang bergitu saja tanpa pesan selamat tinggal. Sekali lagi aku tegaskan bahwa aku masih berdiri disini memandangi cahaya oranye yang bersinar dan berkibar dari kejauhan sana, berperasaan menunggu namun sadar dia tidak pernah akan datang. Tidak ada yang bisa disesali karena percuma, disisi lain sudah tidak ada yang bisa di perbaiki, berjalanpun tidak bisa, menangispun sia — sia karena tidak akan ada yang mengetahuinya. Penuh khawatir dan kecewa tapi aku masih teguh dengan jalanku dan aku masih bisa mengatakan kalau dimana dia sekarang bukan urusanku, bersama dia sekarang akan tetap dalam doaku.

--

--