Berperasaan seperti malam
Aku menunggumu dengan gelap di sekeliling, tidak ada orang lain hanya ada kenangan yang berputar — putar di dalam benak yang terlampau dalam. Berperasaan seperti malam, saat dimana kita saling menunggu satu sama lain dengan atau tidak ada rasa ingin menatap lalu mengecup satu sama lain, kita semua pernah dalam masa itu. Berperasaan seperti malam, kita saling memikirkan satu sama lain hingga larut tanpa sadar, senyum hangatnya menghiasi pikiran, kita semua pernah dalam masa itu. Berperasaan seperti malam, kita saling adu tangis menggambarkan betapa buruknya dirimu kala itu, lalu saling maaf dengan rasa bersalah memendam di dada, rasa tidak ingin kehilangan yang diracuni ego ingin menguasai, kita semua pernah dalam masa itu.
Tidak ada lagi akal sehat tidak ada lagi angan — angan dalam benak, hanya ada kamu sendirian mengisi kepala ditengah masa sulit, aku lalu pulang dan disambut dengan senyum hangatmu sudah bersiap di balik pintu. Kamu bertanya padaku bagaimana hari ini, aku yang hanya terdiam tidak sanggup bangkit dari pelukanmu, aku sudah terlanjur jatuh sampai tidak bisa merespon tanya darimu, aku hanya bisa meneteskan air mata, menyadari betapa beruntungnya dalam hidupku pernah diberi kesempatan untuk bersamamu. Kamu lalu mangusap air mataku lalu bertanya ada apa, aku tidak bisa mengatakan apapun selain, terimakasih.
Aku sendirian melihatmu dari kejauhan yang gelap, aku melihat orang lain disana dan aku juga melihat raut bahagiamu. Andai dia tidak disana, mungkin sudah kuberikan ikatan ini padamu, tapi sudah cukup untukku melihat raut bahagiamu dari sini, kusimpan kembali ikatan ini. Membuka luka lama lebih sakit dari pada merasakan luka baru, tapi inilah hal terbaik yang bisa kulakukan. Lalu kubuka kembali jahitan didadaku untuk kumasukan ikatan ini kembali, raut bahagiamu sudah cukup membuatku tau bagaimana semuanya akan terjadi untuk sekarang dan kedepan. Seperti sudah jelas jika ini adalah kenangan terakhirku padamu dan pada akhirnya semuanya akan selalu tertuju padamu, bagaimana hidupku kedepan akan selalu terbayang kenangan denganmu seumur hidupku.
Aku tidak takut sendirian dalam kegelapan tapi aku takut jika tidak sendirian dalam kegelapan. Setelah ini aku mungkin akan menghindar dari dunia dan bersembunyi didalam rumah rusak tanpa atap. Melihatmu dari kejauhan dengan baju apa adanya, dengan apa yang dibawa apa adanya, dengan apa yang tersisa apa adanya. Melihamu tidak melihat disini benar — benar butuh kehangatanmu, melihatmu terdiam bahagia menjauh, sampai aku sadar melihat kebawah kalau akulah yang menjauh ditarik oleh semua keburukan yang ada pada diriku, aku tersenyum sadar menyadari jika memang lebih baik seperti ini saja, apa adanya seperti malam, berperasaan seperti malam, melihatmu ketika bahagia dari sini dalam gelap dan angin dingin tanpa tau sedang dengan siapa.
Aku lalu membuka mataku, dunia sudah terang terik terlihat suasana luar dari jendela kamar. Aku tidak melihatmu ada disekitarku, pikirku mungkin mimpi semalam itu adalah kenyataan. Aku bangkit dan berjalan menggapai pintu, keluar kamar mencari air untuk memastikan kalau aku masih hidup. Sejenak aku tidak ingin mengungkit apapun tentang yang terjadi padaku, aku hanya ingin hidup untuk hari ini dengan kebahagiaan mutlak berada pada kontrol pikiranku dan tiba — tiba ketenanganku terpecahkan menyadari seseorang menabrak dan memelukku dari belakang, aku melihat tanganmu, terdengar suara sapaan selamat pagi yang sangat familiar bagiku, suaranya sangat manis, dengan perlahan aku membalikan badanku lalu melihatmu, ucapmu mengajaku sarapan dengan senyum dan suara terdengar sangat manis seperti tadi, kamu lalu mangusap air mataku lalu bertanya ada apa, aku tidak bisa mengatakan apapun selain, terimakasih.