Bakaran Gendeng | Tai ajg #3
Disinilah kami berlima, sudah lengkap duduk bersama di teras kamarku menikmati aroma tai yang terbengkalai dari wc di sebelah kamarku. Aroma tai yang menyerbak ini seakan mendesak kami untuk segera mengambil keputusan terkait apa yang yang akan kami lakukan pada tersangka. Aku sendiri sudah lelah kalau harus membakar sempak lagi, aku menginginkan sebuah resolusi, tapi heri seakan sangat terobsesi dengan api yang berkobar dari sempak tersangka yang mulai berlubang di bagian bawah, Heri dan Kobong menginginkan langkah pembakaran sempak tersangka sesegera mungkin.
Aku dan Ilham sepakat untuk mengusahakan langkah lain, langkah yang lebih mendidik. Aku terpikir untuk melemparkan tai di wc itu kedalam kamar tersangka. Terdengar sangat tepat untuk mendidik tersangka ketika dia harus melihat tainya sendiri berada didalam kamarnya. Barjo? dia hanya memberikan tatapan kosong, kosong seperti isi kepala dan dompetnya. Kami semua kecuali Barjo, saling beradu argumen tentang metode mana yang paling pas untuk memberikan pelajaran pada tersangka, perdebatan berlangsung panas dan masih tetap ditemani aroma tai dari dalam wc.
Kami semakin dalam pada perdebatan terkait kelanjutan tindakan pada tersangka dan tai yang berada di dalam wc. Semakin dalam, aku dan Ilham semakin menguasai perdebatan ini, sepertinya kami akan memenangkanya dan memaksa Kobong dan Heri untuk mengikuti rencanaku. Akhirnya kami semua sepakat pada satu rencana, kecuali Barjo karena dia hanya plonga — plongo, tampak bingung dan kesusahan mengikuti alur perdebatan berat ini, kami sepakat untuk melempar tai tersebut kedalam kamar tersangaka. sekarang hanya tinggal menetukan pembagian tugas, kami harus menentukan siapa dan apa yang masing — masing dari kami harus lakukan untuk melancarkan rencana brilian kami ini.
Aku membagi tugas menjadi tiga bagian. dua orang sebagai pembuka kamar tersangka, satu orang sebagai pengambil dan pelempar tai, dan yang terakhir dua orang seksi keamanan. Kami semua termasuk Barjo sepakat untuk menggunakan undian untuk menentukan siapa dan apa yang akan dilakukan. Terbagilah tugas secara adil dan rata, aku dan Kobong bertugas menjadi penjaga keamanan, Ilham dan Barjo bertugas membuka pintu kamar tersangaka, dan Heri terpilih menjadi pengambil dan pelempar tai tersebut. Heri tampak tidak begitu puas dengan tugas yang didapatnya, dia tidak banyak komentar hanya mengucap ‘HALAH, TAI!’ lalu pergi keluar mencari peralatan yang dia butuhkan.
Kami langsung bergegas melaksanakan tugas kami masing — masing, aku sebagai penjaga keamanan sibuk menyiapkan kopi sebagai temanku nanti berjaga. Ilham sibuk mencoba kunci yang dipakai untuk membuka kamar tersangka. Setiap kamar di kos ini memiliki kunci cadangan untuk jaga — jaga jika kunci yang kita pegang hilang, kunci cadanan tersebut dititipkan bapak kos pada Heri, sungguh keputusan yang sangat cerdas. Heri terlihat sedang berusaha sangat keras untuk menahan muntah keluar dari dalam mulutnya ketika dia berusaha mengankat tai tersebut.
Pintu kamar tersangka akhirnya berhasil terbuka berkat usaha maksimal Ilham. Barjo? dia hanya sibuk bermain game online selama operasi berlangsung. Heri keluar dari wc dengan membawa tai yang berada di serokan sampah, mata heri tampak merah dengan air mata yang hampir menetes, mungkin terharu akan pencapaiannya bisa mengangkat tai yang sudah mengambang di sana tanpa menghancurkanya. Heri langsung melemparkan tai tersebut kedalama kamar tersangka disusul Ilham yang langsung menutup pintu kamarnya, operasi pelemparan tai telah berhasil.
Kami kembali ke kehidupan normal kami, kami kembali dengan rutinitas kami setelah sukses melaksanakan operasi pelemparan tai itu, judi online. Terdengar suara langkah kaki memasuki kos, ‘Eh mas Heri, tadi saya disuruh bapak kos minta nomor sedot wc ke mas, soalnya wcnya mampet mas, mau saya panggilin sedot wc yang biasa kesini’, ucap penghuni baru tersebut meminta nomor sedot wc ke heri lalu dibalasnya dengan muka tak bersalah ‘Emang mampet po? Oke tak kirimin sekarang nomernya ke kamu.’.
Aku dan Ilham saling tatap, saling memberikan kode untuk segera pergi dari sini, ‘Eh cah!, mangah yoh!’ ucap Ilham dan kubalas ‘Yoh, gas!’ lalu Heri menambahkan ‘cus, mangkat’ disusul Barjo ‘Gas, mangkat!.’.Kami lalu bergegas pergi meninggalakan penghuni baru tersebut untuk menemui tai yang telah ditelantarkanya.